PENDAHULUAN
Pendidikan islam secara fungsional adalah merupakan upaya manusia muslim
merekayasa pembentukan al-insan al-kamil melalui penciptaan situasi
interaksi edukatif yang kondusif. Dalam posisinya yang demikian, pendidikan
islam adalah model rekayasa individual dan sosial yang paling efektif untuk
menyiapkan dan menciptakan bentuk masyarakat ideal ke masa depan. Sejalan dengan
konsep perekayasaan masa depan ummat, maka pendidikan islam harus memiliki
seperangkat isi atau bahan yang akan ditransformasi kepada peserta didik agar
menjadi milik dan kepribadiannya sesuai dengan idealitas islam.untuk itu perlu
dirancang suatu bentuk kurikulum pendidikan islam yang sepenuhnya mengacu pada
nilai-nilai asasi ajaran islam.[1]
Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
kependidikan dalam suatu Lembaga Kependidikan Islam. Segala hal yang harus
diketahui atau diresapi serta dihayati oleh anak didik harus ditetapkan dalam
kurikulum itu.Juga segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik kepada anak
didiknya, harus dijabarkan di dalam kurikulum.
Dengan demikian, dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan
apa saja yang harus terjadi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
pendidik dan anak didik. Jadi, kurikulum menggambarkan kegiatan belajar
mengajar dalam suatu lembaga kependidikan.[2]
BAB II
KURIKULUM PENDIDIKAN
ISLAM
I.
Ayat, arti, serta tafsir surat Luqman
1. Arti
dan isi kandungan surat Luqman ayat 12
وَلَقَدْ آتَيْنَا
لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْلِله وَمَنْ يَشْكُرْفَإنَّمَايَشْكُرُلِنَفْسِهِ
وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ(12)
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman,
yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa
yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji".
Ayat 12 menguraikan tentang salah
seorang yang bernama Luqman yang dianugerahi oleh Allah SWT hikmah, sambil
menjelaskan beberapa butir hikmah yang pernah beliau sampaikan kepada
anaknya.Para ulama mengajukan aneka keterangan tentang makna hikmah. Antara
lain bahwa hikmah berarti “Mengetahui yang paling utama dari segaala sesuatu,
baik pengetahuan, maupun perbuatan. Ia adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah. Ia
adalah ilmu yang didukung oleh amal, dan amal yang tepat dan didukung oleh
ilmu.”
Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang
bila digunakan/diperhatikan akan menghalangi terjadinya mudarat atau kesulitan
yang lebih besar dan atau mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang lebih
besar. Makna ini ditarik dari kata hakamah, yang berarti kendali.Karena
kendali menghalangi hewan/kendaraan mengarah ke arah yang tidak diinginkan atau
menjadi liar.Memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari
hikmah.Memilih yang terbaik dan sesuai dari dua hal yang buruk pun, dinamai
hikmah dan pelakunya dinamai hakim (bijaksana).
Kata syukur terambil dari kata syakara
yang maknanya berkisar antara lain pada pujian atas kebaikan, serta penuhnya
sesuatu. Syukur manusia kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk
hatinya yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerah-Nya, disertai dengan
ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa cinta kepada-Nya, dan dorongan
untuk memuji-Nya dengan ucapan sambil melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya
dari penganugerahan itu. Syukur didefinisikan oleh sementara ulama dengan
memfungsikan anugerah yang diterima sesuai dengan tujuan penganugerahannya.
(أن
اشكر لله)an
usykur lillah adalah hikmah itu sendiri yang dianugerahkan kepadanya itu.
Al-Biqa’I menulis bahwa “walaupun dari segi redaksional ada kalimat Kami
katakana kepadanya, tetapi makna khirnya adalah Kami anugerahkan
kepadanya syukur.” Sayyid Quthub menulis bahwa: “Hikmah, kandungan dan
konsekuensinya adalah syukur kepada Allah.”
Ayat di atas menggunakan bentuk mudhari’/kata
kerja masa kini dan dating untuk menunjukkan kesyukuran (يشكر)yasykur, sedang ketika berbicara
tentangkekufuran, digunakan bentuk kata kerja masa lampau (كفر). Sebaliknya kata kerja masa lampau pada
kekufuran/ketiadaan syukur (كفر) adalah untuk mengisyaratkan bahwa jika
itu terjadi,, walau sekali, maka Allah akan berpaling dan tidak
menghiraukannya.
Kata(غنيّ)Ghaniyyun/ Maha Kaya terambil dari
akar kata yang terdiri dari huruf-huruf (غ)ghain, (ن)nun, (ي)ya’ yang bermakna berkisar pada dua
hal, yaitu kecukupan, baik menyangkut harta maupun selainnya. Dari sini lahir
kata ghaniyyah, yaitu wanita yang tidak kawin dan merasa
berkecukupanhidup di rumah orang tuanya, atau merasa cukup hidup sendirian
tanpa suami, dan yang kedua adalah suara.Dari sini lahir kata mughanniy
dalam arti penarik suara atau penyanyi.
Kata (حميد)Hamid/ Maha Terpuji, terambil dari
akar kata yang terdiri dari huruf-huruf (ح)ha’(م)mim dan (د)dal, yang maknanya adalah antonim tercela.Kata
hamd/pujian digunakan untuk memuji yang Anda peroleh maupun yang
diperoleh selain Anda.Berbeda dengan kata syukur yang digunakan dalam
konteks nikmat yang Anda peroleh saja.[3]
2. Arti
dan isi kandungan surat Luqman ayat 13
وَإِذْ قَالَ
لُقْمَانُ لاِبْنِهِ وَهُوَيَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ(13)
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kelaliman yang besar".
Di ayat 13 dilukiskan pengalaman hikmah
itu oleh Luqman, serta pelestariannya kepada anaknya.Ini pun mencerminkan
kesyukuran beliau atas anugerah itu. Ayat ini berbunyi: Dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu iadari saat ke saat memberi pelajaran
kepadanya bahwa "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
dengan sesuatu apapun, dan jangan juga mempersekutukan-Nya sedikit persekutuan
pun, lahir maupun batin. Persekutuan yang jelas maupun tersembunyi.Sesungguhnya
syirik yakni mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang
besar".Itu adalah penempatan sesuatu yang sangat agung pada tempat
yang sangat buruk.
Luqman yang disebut surat ini adalah seorang
tokoh yang diperselisihkan identitasnya. Orang Arab mengenal dua tokoh yang
bernama Luqman.Pertama, Luqman Ibn ‘ad.Tokoh ini mereka agungkan karena
wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan dan kepandaiannya.Tokoh kedua
adalah Luqman al-Hakim yang terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpamaannya.Agaknya
dialah yang dimaksud oleh surah ini.
Kata (يعظه)ya’izhuhu terambil dari kata (وعظ)wa’zh yaitu nasehat menyangkut
berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang
mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman.
Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk member gambaran
tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan,yakni tidak membentak, tetapi
penuh kasih saying sebagaimana dipahami dalam panggilan mesranya kepada anak.
Sementara ulama yang memahami kata (وعظ)wa’zh dalam arti ucapan yang
mengandung peringatan dan ancaman, berpendapat bahwa kata tersebut
mengisyaratkan bahwa anak Luqman adalah orang musyrik, sehingga sang ayah yang
menyandang hikmah it uterus menerus menasihatinya sampai akhirnya sang anak
mengakui Tauhid.
Kata (بنيّ)bunayya adalah patron yang
menggambarkan kemungilan.Asalnya adalah (إبني)ibny, dari kata (إبن)ibn yakni anak lelaki.Pemungilan
tersebut mengisyaratkan kasih sayng.Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di
atas member isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih saying
terhadap peserta didik.
Luqman memulai nasihatnya dengan
menekankan perlunya menghindari syirik/ mempersekutukan Allah.Larangan ini
sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud keesaan Tuhan.Bahwa redaksi
pesannya berbentuk larangan, jangan mepersekutukan Allah untuk menekankan
perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik. Memang
“At-takhliyah muqaddamun ‘ala at-tahliyah” (menyingkirkan keburukan
lebih utama daripada menyandang perhiasan)[4]
3. Arti
dan isi kandungan surat Luqman ayat 14
وَوَصَّيْنَاالإِنْسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَي وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
أَنِ اشْكُرْلِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ المَصِيْرُ(14)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Menurut Al-Biqa’I, ayat 14 bagaikan
menyatakan: Luqman menyatakan hal itu kepada anaknya sebagai nasihat kepadanya,
padahal Kami telah mewasiatkan anaknya dengan wasiat itu seperti apa yang
dinasihatkannya menyangkut hak Kami. Thahir Ibn ‘Asyur berpendapat bahwa jika
kita menyatakan bahwa Luqman bukan seorang Nabi, maka ayat ini adalah sisipan
yang sengaja diletakkan setelah wasiat Luqman yang lalu tentang keharusan
mengesakan Allah dan mensyukuri-Nya. Allah menggambarkan betapa Dia sejak dini
telah melimpahkan anugerah kepada hamba-hamba-Nya dengan mewasiatkan anak agar
berbakti kepada orang tuanya.Di ayat 14 tidak menyebutkan jasa bapak, tetapi
lebih menekankan jasa ibu.Ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak
dihiraukan oleh anak karena kelemahan ibu berbeda dengan bapak. Di sisi lain,
“peranan bapak” dalam konteks kelahiran anak lebih ringan dibanding dengan
peranan ibu. Setelah pembuahan, semua proses kelahiran anak dipikul sendirian
oleh ibu.Bukan hanya sampai masa kelahirannya, tetapi berlanjut dengan
penyusuan, bahkan lebih dari itu. Memang ayah pun bertanggung jawab menyiapkan
dan membantu ibu agar beban yang dipikulnya tidak terlalu berat, tetapi ini
tidak langsung menyentuh anak, berbeda dengan peranan ibu.
Kata (وهنًا)wahnan berarti kelemahan atau
kerapuhan.Yang dimaksud disini kurangnya kemampuan memikul beban
kehamilan, penyusuan dan pemeiharaan anak. Patron kata yang digunakan ayat
inilah mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan
bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan
kelemahan telah menyatu pada dirinya dan dipikulnya.
Firman-Nya: (وفصاله
في عامين)wa
fishalahu fi amain/ dan penyapiannya di dalam dua tahun, mengisyaratkan
betapa penyusuan anak sangat penting dilakukan oleh ibu kandung. Tujuan
penyusuan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup anak, tetapi
juga bahkan lebih-lebih untuk menumbuhkembangkan anak dalam kondisi fisik dan
psikis yang prima.Kata fi/di dalam, mengisyaratkan bahwa masa itu tidak
mutlak demikian. Dalam surat Al-Baqarah: 233 ditegaskan bahwa masa dua tahun
adalah bagi siapa yang hendak menyempurnakan penyusuan.
Pada penggalan ayat 14 ini, jika dihubungkan
dengan firman-Nya pada QS. Al-Ahqaf: 15 yang menyatakan: “…mengandungnya
sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,” diperoleh kesimpulan bahwa
masa kehamilan minimal adalah tiga puluh bulan kurang dua tahun yakni enam
bulan.
Di antara hal yang menarik dari
pesan-pesan ayat ini adalah bahwa masing-masing disertai dengan argumennya: “Jangan
mempersekutukan Allah, sesungguhnya memperse-kutukan-Nya adalah penganiayaan
yang besar”. Sedang ketika mewasiati anak menyangkut orang tuanya
ditekankan bahwa,”Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan kelemahan di atas
kelemahan dan penyapiannya di dalam dua tahun.”Demikianlah seharusnya
materi petunjuk atau materi pendidikan yang disajikan.Ia dibuktikan dengan
kebenaran argumentasi yang dipaparkan atau yang dapat dibuktikan oleh manusia
melalui penalaran akalnya. Metode ini bertujuan agar manusia merasa bahwa ia
ikut berperan dalam menemukan kebenaran dan dengan demikian ia merasa
memilikinya serta bertanggung jawab mempertahankannya.[5]
4. Arti
dan isi kandungan surat Luqman ayat 15
وَإِنْ جَا
هَدَكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَالَيسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا
وَصَاحِبهُممَافِي الدُّنيَامَعرُوفًاوَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَن أَنَبَ إِلَيَّ
مَرْجِعُكُم فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُم تَعْمَلُونَ(15)
“Dan jika keduanya memaksa kamu
untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka jangan lah engkau mematuhi keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembali kamu, maka Ku-beritakan kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.”
Ayat ini menjelaskan tentang
pengecualian menaati perintah kedua orangtua, sekaligus menggaris bawahi wasiat
Luqman kepada anaknya tentang keharusan meninggalkan kemusyrikan dalam bentuk
serta kapan dan dimana pun. Kewajiban menghormati dan menjalin hubungan baik
dengan ibu bapak, menjadikan sementara ulama berpendapat bahwa seorang anak
boleh saja membelikan buat ibu bapaknya yang kafir dan fakir minuman keras
kalau mereka telah terbiasa dan senang meminumnya, karena meminum minuman keras
buat orang kafir bukanlah sesuatu yang munkar.
Ayat ini mengandung pesan, yang
pertama, bahwa mempergauli dengan baik itu hanya dalam urusan keduniaan, bukan
keagamaan. Yang kedua, bertujuan meringankan beban tugas itu, karena ia hanya
untuk smentara yakni selama hidup di dunia yang hari-harinya terbatas, sehingga
tidak mengapalah memikul beban kebaktian kepada-Nya. Dan yang ketiga, bertujuan
menghadapkan kata dunia dengan hari kembali kepada Allah yang
dinyatakan di atas dengan kalimat hanya kepada-Ku kembali kamu.[6]
5. Arti
dan isi kandungan surat Luqman ayat 16
يَابُنَيَّ
إِنَّهَاإِنْ تَكُ مِثقَالَ حَبَّةٍ مِن خَردَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَو فِي
السَّمَوَاتِ أَو فِيَ الأَرْضِ يَأْتِ بِهَااللهُ إِنَّ اللهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ(16
“Wahai anakku, sesungguhnya jika ada
seberat biji sawi, dan berada dalam batukarang atau dilangit atau di dalam
bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya, Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi
Maha Mengetahui.”
Ayat ini menguraikan tentang kedalaman
ilmu Allah swt., yang diisyaratkan pula oleh penutup ayat lalu dengan
pernyataan-Nya. Dalam ayat ini terdapat kata Lathif yang bermakna lembut,
halus, atau kecil.Dari makna ini kemudian lahir makna ketersembunyian dan
ketelitian.Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa yang berhak menyandang
sifat ini adalah yang mengetahui perincian kemashalatan dan seluk beluk
rahasianya, yang kecil dan yang halus, kemudian menempuh jalan untuk
menyampaikannya kepada yang berhak secara lemah lembut bukan kekerasan.Pada
akhirnya tidak keliru jika dikatakan bahwa Allah Lathif, kerena Dia
selalu menghendaki untuk makhluk-Nya kemaslahatan dan kemudahan lagi menyiapkan
sarana dan prasarana guna kemudahan meraihnya.
Dalam konteks ayat ini, agaknya
perintah berbuat baik, apalagi kepada orangtua yang berbeda agama, merupakan
salah satu bentuk dari Luthf Allah swt.Karena betapapun perbedaan atau
perselisihan antara anak dan ibu bapak, pasti hubungan darah yang terjalin
antara mereka tetap berbekas di hati masing-masing.Dan dapat disimpulkan bahwa
ayat ini menggambarkan Kuasa Allah melakukan perhitungan atas amal-amal
perbuatan manusia di akhirat nanti.Demikian, melalui keduanya tergabung uraian
tentang keesaan Allah dan keniscayaan hari kiamat.Dua prinsip dasar akidah
Islam yang sering kali mewakili semua akidahnya.[7]
6. Arti
dan isi kandungan surat Luqman ayat 17
يَابُنَيَّ
أَقِمِ الصَّلاَةَ وَأمُر بِالمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ المُنكَرِ وَاصبِر عَلَى مَا
أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِن عَزمِ الأُمُورِ(17)
“
Wahai anakku, laksanakanlah shalat dan perintahkanlah mengerjakan yang
ma’ruf dan cegahlah dari kemunkaran dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal diutamakan.”
Ayat di atas menjelaskan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah shalat,
serta amal-amal kebajikanyang tercermin dalam amr ma’ruf dan nahi munkar,
juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu
sabar dan tabah.Kata ‘azm dari segi bahasa bararti keteguhan hati dan
tekad untuk melakukan sesuaatu.Kata ini berpatron mashdar, tetapi
maksudnya adalah objek, sehingga makna penggalan ayat itu adalah shalat, amr
ma’ruf dan nahi munkar – serta kesabaran – merupakan hal-hal yang
telah diwajibkan oleh Allah untuk dibulatkan atasnya tekad manusia.Thabathaba’i
tidak memahami kesabaran sebagai salah satu yang ditunjuk oleh kata yang
demikian itu, karena menurutnya kesabaran telah masuk dalam bagian azm.Maka
atas dasar itu, bersabar yakni menahan diri termasuk dalam ‘azm dari
sisi bahwa ‘azm yakni tekad dan keteguhan akan terus bertahan selama
masih ada sabar.Dengan demikian kesabaran diperlukan oleh tekad serta
kesinambungannya.[8]
وَلاَتُصَعِّر
خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَتَمشِ فِي الأَرضِ مَرَحًا إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ كُلَّ
مُختَالٍ فَخُورٍ(18)وَاقْصِدْ
فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوتِكَ إِنَّ أَنكَرَالأَصْوَاتِ لَصَوتُ الحَمِيرِ(19
II.
Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi kurikulum berasal dari
bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang
berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari.Berdasarkan pengertian ini, dalam
konteksnya dengan dunia pendidikan, memberi pengertian sebagai “circle of
instruction” yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid
terlibat didalamnya.Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kurikulum adalah merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing
peserta didiknya kearah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi
sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap mental.[9]
Kurikulum disusun oleh para
pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan,
pengusaha serta masyarakat lainnya. Rencana ini disusun dengan maksud memberi
pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan
perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri,
keluarga, maupun masyarakat.Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan
pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan
sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua
aktivitasi, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara
sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan
pendidikan Islam.
Berdasarkan keterangan di atas, maka
kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu komponen pendidikan agama berupa
alat untuk mencapai tujuan. Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan agama
(pendidikan Islam) diperlukan adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam dan bersesuaian pula dengan tingkat usia, tingkat perkembangan
kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.[10]
a.
Asas-Asas Pendidikan Islam
1. Asas
Agama
Seluruh sistem yang ada didalam
masyarakat islam, termasuk sistem pendidikannya harus meletakan dasar falsafah,
tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah,
muamalat dan hubungan-hubungan yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini
bermakna bahwa semua itu pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama
syariat islam yaitu al-Quran dan Sunnah.
2. Asas
Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas
tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, sehingga susunan kurikulum
pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai
sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya.
3. Asas
Psikologis
Asas ini memberi arti bahwa kurikulum
pendidikan islam hendaknya disusun dengan mempertimbangkan tahapan-tahapan
pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak didik. Kurikulum pendidikan
Islam harus dirancang sejalan dengan ciri-ciriperkembangan anak didi, tahap
pematangan, bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan sosial,
kebutuhan dan keinginan, minat, kecakapan, perbedaan individual dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan aspek-aspek psikologis.
4. Asas
Sosial
Pembentukan kurikulum pendidikan Islam
harus mengacu kearah realisasi individu dalam masyarakat. Pola yang demikian
ini berarti bahwa semua kecendrungan dan perubahan yang telah dan bakal terjadi
dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai makhluk sosial harus mendapat
tempat dalam kurikulum pendidikan islam. Hal ini dimaksudkan agar output yang
dihasilkan pendidikan islam adalah manusia-manusia yang mampu mengambil peran
dalam masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya.
b.
Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam
Secara umum karakteritik kurikulum
pendidikan Islam adalah pencerminan Islami yang dihasilkan dari pemikiran
kefilsafatan dalam seluruh aktivitas dan kegiatan kependidikan dalam
prakteknya. Konsep inilah yang membedakan kurikulum pendidikan Islam dengan
kurikulum pendidikan pada umumnya.
Menurut Al- Syaebany, Ciri-ciri
kurikulum pendidikan Islam itu adalah :
1.
Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan
kandungan, kaedah, alat dan tekniknya.
2.
Memperluas perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan
serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual,
psikologi, sosial, dan spiritual.
3. Adanya
keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan
pengajaran.
4.
Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbagan pada kandungannya yang tidak hanya
terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi
juga meliputi seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer,
teknik, pertukangan, bahasa asing dll.
5.
Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat, kemampuan,
keperluan, dan perbedaan individual antar siswa.[11]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang harus ditanamkan dalam pendidikan
anak adalah :
1.
menanamkan keimanan dan ketauhidan kepada anak.
2.
Memerintahkan anak untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.
3.
Mananamkan rasa diawasi Allah.
4.
Menegakkan shalat.
5.
Melakukan amar ma’ruf (memerintahkan kebaikan) dan nahi munkar (mencegah
kemunkaran)
6. Sabar
dalam menghadapi segala cobaan.
7. Tidak
bersikap sombong
8.
Sederhana dalam berjalan dan berbicara.[12]
Daftar Pustaka
Al-Rasyidin, Nizar Samsul, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005.
Arifin, Muzayyin. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Shihab, M. Quraish, Tafsir
al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2003.
Q suka..
BalasHapusNe. Makasih mau mampir di blog~^^
Hapusgood.....
BalasHapus